UMKM ala DT-Mart SMAN 4 Bangkalan

Para siswa SMA ini sedang tekun mengolah bumbu pecel, nasi bakar, maupun otak-otak bandeng. Tetapi ini bukan sekadar pelajaran praktik tata boga biasa. Mereka benar-benar tengah merintis usaha, bersiap mencari penghasilan mandiri. Setelah masakan matang, tugas mereka belum selesai, sebab mereka harus memasarkannya, aktif mempromosikan di media sosial, hingga mencatat hasil transaksinya.

Teman lainnya juga tak kalah sibuk. Merias wajah, memotret, mengedit foto, menyablon kaos, hingga menyervis sepeda motor. Tidak sekadar demi mendapatkan nilai rapor bagus, tapi memang mengasah skill agar dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Termasuk aktif membranding produk hingga marketingnya.

Mereka berproses dalam kelompok-kelompok kecil yang lazim disebut Kelompok Usaha Siswa (KUS). Jadi tidak ubahnya seperti UMKM, hanya pelaku masih siswa SMA. Mereka memproduksi barang dan menawarkan jasa lalu ramai-ramai mengunggah di laman smadt.id, di lokapasar (marketplace), IG, FB, maupun grup WA. Berjualan di arena car freeday atau ke tetangga sekitar. Beberapa sekolah bahkan berbaik hati menyiapkan sarana tokonya dengan nama DT Mart.
Itulah salah satu potret kegiatan program SMA Double Track (DT) yang diinisiasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jatim bersama ITS. Sebuah upaya inovatif dan pemberdayaan yang menarik. Program DT lahir dari keprihatinan bahwa ternyata rata-rata lulusan SMA Jatim yang tidak melanjutkan kuliah mencapai 67,84%. Apalagi siswa dari SMA di desa, persentasinya lebih tinggi lagi. Ini berarti cukup banyak tamatan SMA yang langsung terjun kerja tanpa bekal memadai. Maka mereka butuh keterampilan praktis untuk bekal berwirausaha atau melamar kerja.

Terbukti respons siswa sangat bagus. Mereka antusias mengikuti bimbingan trainer dan mengembangkan usaha rintisannya. Apalagi sebagian dari trainer adalah para praktisi mumpuni yang memang sudah bergelut di bidang masing-masing. Di SMAN1 Bangkalan, keterampilan rias pengantin diasuh oleh Rizal yang sudah dikenal sebagai perias level nasional. Di SMAN1 Saradan keterampilan fotografi diasuh oleh Agus yang memang sudah eksis berbisnis di bidang jeprat-jepret itu.

Saya turut senang karena berkesempatan ikut bersafari menyaksikan greget entrepreneur “putih abu-abu” di SMAN1 Berbek Nganjuk, SMAN1 Saradan Madiun, SMAN 3 dan 4 Bangkalan, pekan ini. Di Jatim ada 158 SMA/MA pinggiran yang menjalankan program double track ini.
SMA DT, maju bersama, hebat semua. Gemilang! (*)
adrionomatabaru.blogspot.com